CONTOH TEKS ANEKDOT 1

 Bacalah wacana berikut ini:

A. Wacana 1:

Kesetrika 

 

Di suatu pagi yang masih cerah, muncul sesosok laki-laki yang sedang ke rumah sakit karena kedua buah telinganya lagi kena luka bakar. 

 

Dokter           : “Looh, ada apa yang terjadi dengan telinga Anda, Pak?” 

Pasien          : “Begini dokter ceritanya, saat saya lagi menyetrika baju, nah, secara mendadak HP saya berbunyi. Karena reflek, seterika yang saya pegang, langsung saja saya tempelkan ke telinga kiri saya dok.” 

Dokter           : “Oh, begitu toh ceritanya, saya mengerti keluhan Bapak. Kemudian untuk telinga Bapak yang sebelah kanan itu apa yang terjadi?”

Pasien     : “Nah ini dia masalahnya dokter, Si Bego itu kembali menelpon.” 

B. Wacana 2:

PILIHAN TERAKHIR

“Mas, jadi kamu pergi?” tanya Lastri kepada suaminya. Laki-laki itu tidak menjawab. Matanya menerawang jauh. “Kamu siap aku tinggal, Las?” kata Kusno sambil menatap tajam pada istrinya. Perempuan itu hanya menarik nafas panjang. “Terserah Mas, kalau itu menjadi pilihan Mas, aku siap menghadapi apa pun,”kata Lastri sambil matanya berkaca.

Akhirnya, raungan mesin sampan itu memecah kesunyian malam mengantar Kusno melaut. Meskipun berat itu pilihan yang harus dia ambil. Sebenarnya ini merupakan waktu menunggu detik-detik anaknya lahir, tetapi bagaimana lagi. Dalam hatinya hanya berdoa, semoga hari ini dapat hasil yang banyak sehingga ia bisa bayar persalinan istrinya nanti.

Rupanya benar, tidak sampai subuh dia  sudah mendapatkan ikan yang lumayan banyak. Rasanya cukup. Mesin kapalnya berusaha ia tarik kuat supaya perahunya cepat minggir ke pantai. Belum sempat perahunya menyentuh bibir pantai, Suratin, tetangganya teriak-teriak, “ Kaaang Kusno, Lastri sudah melahirkan. Bayinya selamat.” Sontak Kusno meloncat senang ke luar sampan. Tapi setelah dekat terlihat wajah Suratin tegang, dia tidak berani menatap Kusno.  “Kenapa Tin?”tanya Kusno tidak sabar. Suratin tidak langsung menjawab, matanya tajam menatap Kusno.  “Lastri sudah berjuang mempertahankan anaknya, tetapi dia yang justru menjadi korban,”suara Suratin lemah. Kusno diam. Terlihat hanya setetes air turun pelan membasah di ujung matanya.